Kompas, Sabtu, 16 Agustus 2008 00:22 WIB
Asuncion, Jumat - Mantan Uskup Katolik Fernando Lugo resmi menjadi Presiden Paraguay dalam sebuah upacara di Asuncion, Paraguay, Jumat (15/8). Lugo, yang dikenal sebagai ”Uskup Kaum Papa”, bertekad tidak menerima gaji presiden.
Acara pelantikan Lugo disaksikan sejumlah pemimpin sosialis dari Amerika Latin yang dikenal sangat anti-Amerika. Mereka yang hadir antara lain Hugo Chavez dari Venezuela, Luiz Inacio Lula da Silva dari Brasil, Cristina Kirchner dari Argentina, Michelle Bachelet dari Cile, Evo Morales dari Bolivia, dan Rafael Correa dari Ekuador.
Lugo, yang sering membantu kaum papa di negaranya, mengakhiri kekuasaan Partai Colorado selama 61 tahun di Paraguay. Dia memenangi pemilu April lalu, untuk memimpin negara paling miskin di Amerika Latin, yang berpenduduk 5,6 juta orang.
Sukses Lugo, yang kini pensiun sementara sebagai uskup, karena dia selama ini dikenal sebagai pemimpin berbagai demonstrasi antipemerintah. Dia juga dikenal sangat vokal memperjuangkan hak-hak petani tanpa tanah.
Pada malam sebelum upacara pelantikan untuk masa jabatan lima tahun, Lugo mengatakan akan menolak menerima gaji presiden sekitar 4.000 dollar AS (sekitar Rp 37 juta) per bulan. Seruan ini mendapat sambutan meriah dari ribuan pendukungnya yang berkumpul di sebuah stadion olahraga.
”Begitu Lugo mulai mengubah berbagai hal, serangan akan dimulai. Bersyukur karena kami mendapat dukungan rakyat kami. Angin baru sedang berembus di Amerika Latin, yang sebenarnya sedang menjalani sebuah era baru,” kata Presiden Ekuador Rafael Correa saat tiba di Asuncion.
Presiden Bolivia Evo Morales menyebut Lugo sebagai seorang kakak yang menjadi bagian dari transformasi di kawasan itu. Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang dikenal sangat vokal anti- Amerika, juga hadir.
Lugo sepertinya akan berbeda dari Chavez dan sekutunya. Sekalipun bertekad akan memerintah bagi kaum papa, Lugo mengirim pesan akan lebih probisnis. Dia mengatakan akan mengurangi kontrol negara atas perekonomian.
Dua tetangga raksasa Paraguay, Brasil dan Argentina, yang cenderung lebih sosialis moderat, juga memberikan dukungan bagi Lugo. Namun, para pemimpin negara-negara yang konservatif dan pro-Amerika, yakni Kolombia, Meksiko, dan Peru, hanya mengirim utusan ke Asuncion.
Tugas berat
Tugas pertama mantan uskup yang kini mendapat cuti dari Vatikan ini adalah berupaya menghindarkan terjadinya kekacauan politik dan kerusuhan sipil di negara itu. Sejauh ini, muncul segelintir kelompok kiri dan kanan yang mulai menentang Lugo.
Mantan uskup pertama yang menjadi presiden ini sudah mulai dicobai dengan masalah ketika pekan lalu dia kesulitan memperoleh solar untuk mobil jipnya. Pasokan obat di sejumlah rumah sakit umum juga dilaporkan habis. Sejumlah petani tak bertanah dilaporkan telah merampas tanah milik swasta. Aksi ini mengancam terjadinya gelombang invasi.
Kondisi ini diduga ditimbulkan pemerintahan Partai Colorado sebelum mereka menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Lugo. Mereka mencoba merongrong jabatan Lugo bahkan sebelum dia resmi memerintah, dengan membiarkan pasokan bahan bakar minyak dan obat habis.
Lugo hanya memenangi 40 persen suara dalam pemilu presiden bulan April lalu. Pemerintahan Partai Colorado selama enam dekade yang korup, penuh nepotisme dan kolusi, membuat rakyat Paraguay menaruh harapan besar kepada Lugo.
Penerima Hadiah Nobel Ekonomi 2001 asal AS, Joseph Stiglitz, yang kini menjadi anggota tim penasihat ekonomi Lugo, telah menyarankan penerapan pajak 10-15 persen pada ekspor kedelai dan daging sapi guna meningkatkan pendapatan pajak Paraguay yang rendah. (AFP/AP/DI)
© 2008 Kompas Gramedia. All rights reserved
Tidak ada komentar:
Posting Komentar