Sumber : Kompas
Kamis, 18 Desember 2008 15:50 WIB
Jelang perayaan Natal, Goa Maria Tritis yang digadang-gadang sebagai Lourdes-nya Kabupaten Gunung Kidul sama sekali tidak bersolek. Satu- satunya Goa Maria di Indonesia yang benar-benar goa alami ini tetap hadir dalam kesederhanaannya, pada Sabtu (13/12). Perjalanan yang hanya bisa ditempuh berjalan kaki sepanjang 1.000 meter ini diwarnai keunikan perbukitan kapur dengan dominasi tanaman jati di Dusun Bulu, Desa Giring, Paliyan.
Ketika jiwa semakin mendekat pada alam, ketenangan pun menjadi suatu pengalaman rohani tersendiri. Pujian bagi kebesaran Tuhan segera mengalir di saat mulut goa yang menganga menampakkan keindahan stalaktit dan stalagmitnya. Di antara kemegahan bentukan alami batuan kapur itulah, umat Kristiani larut dalam doa sembari bersimpuh di lantai dari batuan putih.
Patung Maria berwarna putih yang tertancap di atas sebuah stalagmit menjadi kiblat doa. Menurut Romo Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Agustinus Nunung Wuryantoko, goa yang terletak 17 kilometer dari kota Wonosari ini awalnya termasuk goa yang sepi dan angker. Tidak banyak orang yang berani masuk karena tertutup pepohonan, semak, dan menjadi sarang landak.
Konon, ada beberapa pangeran dari Kerajaan Mataram pernah singgah dan bertapa di goa tersebut. Nama Tritis berkaitan dengan kondisi goa yang selalu ditemani tetes- tetes air dari langit-langit goa. Tetesan air tersebut semakin deras dan memperdengarkan irama gemericik air di musim hujan. Tetesan air kapur tersebut hingga kini masih menumbuhkan pembentukan stalaktit dan stalagmit nan indah. Kami akan terus mempertahankan kealamian goa ini, ucap Romo Nunung.
Berbeda dengan Goa Lourdes di Perancis yang diyakini pernah menjadi lokasi penampakan Maria, Goa Tritis mendapat tambahan nama Maria setelah mulai digunakan untuk kebaktian. Menjelang Natal tahun 1974, Romo Al Hardjasudarma SJ menjadikan Goa Tritis sebagai Goa Betlehem tiruan untuk perayaan Natal. Sejak itu, Goa Maria Tritis berubah menjadi lokasi doa bagi umat Katolik. Seiring berjalannya waktu, Goa Maria Tritis tak hanya dikunjungi oleh umat Katolik dari Gunung Kidul saja.
Peziarah dari berbagai pelosok Nusantara terus mengalir. Goa ini bisa menampung hingga lebih dari 1.000 umat. Menurut Romo Nunung, gereja sedang mengupayakan penyediaan penginapan sederhana dengan kapasitas 50 orang bagi peziarah. Pondok penginapan Selogiri yang terletak di seberang jalan ke Goa Maria Tritis ini direncanakan sudah bisa dimanfaatkan pada awal tahun 2009.
Dengan segala keelokan alami yang ditawarkannya, keamanan peziarah pun tetap diprioritaskan. Di beberapa tempat dibuat talut penahan erosi. Goa Maria Tritis menawarkan suatu pengalaman rohani unik bagi peziarah. Berjumpa dengan Tuhan dalam frekuensi keheningan sekaligus mengagumi keindahan alam ciptaan-Nya. Apa yang lebih menenteramkan bagi jiwa selain bersatu dengan alam dan Penciptanya. (WKM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar