By Nurul Qomariyah - detikFinance/1 April 2008
Jakarta - Rhenald Kasali kini berteman akrab dengan sampah. Ia berhasil memecahkan masalah sampah yang menjengkelkan menjadi sebuah bisnis yang wangi. Semua tertuang di Rumah Perubahan Rhenald Kasali.Rumah Perubahan (RP) ini disebut Rhenald Kasali sebagai sebuah powerhouse perubahan. Melalui Rumah Perubahan (RP), Rhenald mengubah sampah yang diambil dari lingkungan sekitarnya menjadi biomass dan juga kompos yang sangat menguntungkan. RP milik Rhenald mengumpulkan sampah milik warga sekitarnya yang berlokasi di Jatimurni, Pondok Gede Bekasi. Tepatnya ada di belakang Gardu Induk PLN Pondok Rangon. Dalam kesempatan wawancaranya dengan detikFinance di RP, Rhenald buka-bukaan tentang buku terbarunya dan konsep RP yang sedang dirintisnya itu.Ide RP ini muncul ketika Rhenald mendapati begitu kompleksnya permasalahan sampah. Apalagi ketika ada peristiwa warga tertimbun tumpukan sampah di Leuwigajah, Cimahi beberapa waktu lalu."Kok bisa seperti itu ya, saya sampai bingung dengan masalah sampah kita," ungkap Rhenald.Keprihatinan Rhenald itu pun 'bertemu' dengan temannya yang juga jebolan FE UI bernama Hidayat. Rhenald mengkisahkan temannya itu sebagai orang yang sangat senang berkreasi menciptakan mesin-mesin unik. Dan salah satunya adalah mesin pengolah sampah itu.Bagaimana proses pengolahannya? Sampah-sampah warga itu dikumpulkan dalam sebuah drum bekas yang sudah disulap menjadi tempat sampah. Setiap hari, sampah-sampah itu diangkut oleh petugas dengan sebuah mobil bak terbuka. Warga tak perlu repot-repot memilah-milah sampah. Semua sampah itu akan langsung diolah dengan mesin yang diciptakan oleh Hidayat itu.Hasil dari olahan itu berupa biomass, kompos dan plastik-plastik. Untuk kompos komposisinya hanya sekitar 10-20%. Sementara plastiknya diolah lagi dan bisa dijual dalam keadaan yang sudah bersih.Untuk hasil Biomass ternyata bisa menghasilkan energi hingga 7.000 kalori. Tak heran, Biomass produk RP ini langsung diminati oleh PT Indocement. Produk Biomass RP kini secara rutin telah disuplai ke Indocement. "Karena ternyata industri semen itu adalah Waste Eater Industry. Segala macam mulai dari kayu bakar, cangkang sawit, ban bekas, sekam dll itu digunakan. Jadi mereka itu perlu bahan bakar," ungkap Rhenald mengungkapkan awal mula kerjasama dengan pabrik semen itu.Anda jangan membayangkan RP seperti layaknya tempat penampungan sampah lainnya yang bau dengan lalat yang bertebaran. RP milik Rhenald jauh sekali dari kesan itu. Tanpa bau dan tanpa lalat. Bagaimana bisa?Dalam konsep RP, sampah tidaklah ditumpuk. Sampah-sampah yang 'segar' alias baru diangkut langsung dicacah dan dipilah sehingga terjadi fermentasi. "Jadi lalat pun tidak mau bertelur disitu," ujar Rhenald.detikFinance yang melihat RP hanya bisa terpana. Di lahan RP seluas 700 meter itu terlihat bersih dan nyaris tanpa bau dan lalat. Lingkungan sekitar RP yang notabene kampung itupun terlihat bersih dan rapi. 'Seragam' tong-tong sampah Rumah Perubahan menghiasi lingkungan sekitarnya.RP itu juga sekaligus menjadi wujud kepedulian Rhenald dan keluarganya terhadap lingkungan sekitarnya. RP itu mempekerjakan para anak putus sekolah, pengangguran, mantan narapidana dan para preman kampung. Jumlahnya sekitar 20 orang. Mereka dipekerjakan dengan sistem yang sangat simpel. Setor KTP, kerja dan pulang mendapat uang. Meski secara bisnis hitung-hitungannya bisa sangat menguntungkan, namun Rhenald mengaku tidak berniat untuk mendulang keuntungan di tahap awal ini. "Dalam tahap pengembangan, kami tidak akan mengambil keuntungan," tambahnya.Namun demikian, jika bisnis ini berkembang dengan pesat, Rhenald berniat menggaji seseorang yang profesional. Rhenald berharap bisnis ini terus berkembang, sementara masalah lingkungan bisa terpecahkan, termasuk juga masalah pengangguran."Nanti saya jadi komisaris saja, yang lain biar dikerjakan oleh profesional," ujarnya sambil tergelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar