Rabu, 22 Juli 2009

Mgr Silvester San: Pelayanan Hotel Mesti Hadirkan Hukum Cinta Kasih


Ditulis oleh Hans
Tuesday, 21 July 2009 20:32
Laporan Raymon Tiwa
Maumere, NTT Online - Uskup Denpasar, Mgr. Dr Silvester San, Pr mengimbau kepada pengelola dan pengguna jasa hotel Sylvia Maumere, hendaknya dalam setiap aktivitasnya dapat menghadirkan hukum Cinta Tuhan yang datang dari Atas dan mencerminkan hukum Kasih kepada sesama.
Demikian sepenggal khotbah pada misa konselebran bersama Uskup Pangkal Pinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD, Uskup Weetabula, Mgr. Endmon Woga Pr dan Mgr. Dominikus Saku, Pr, Uskup Atambua saat pengresmian Hotel Sylvia Maumere di Hall Utama Lantai III Hotel Sylvia, Jalan Gajah Mada Maumere, Minggu (19/7) yang dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sikka dan Muspikab di antaranya Ketua Kajari Maumere, Asep Sudarman, SH, Ketua DPRD Sikka, AM Keupung dan para anggota DPRD Sikka, jajaran Dinas Pariwisata dan para pelaku hotel dan pariwisata.
Misa tersebut diikuti dengan pengresmian yang dilakukan Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang yang membuka dengan resmi berupa pemukulan gong dan pengguntingan pita yang dilakukan Ny. Sosimus Mitang---tambah nama aslinya.
Hotel yang luasnya sekitar satu ha, tiga lantai, memiliki 72 kamar superior, enam kamar deluxe dan satu suite room dipimpin Denny Nggai, puttra tertua Rudolf Nggai. Hotel ini memiliki restaurant mewah, kolam renang dan satu hall yang bisa menampung 1000 orang dan satu hal kecil yang bisa menampung 250 orang, semuanya di lantai 3.
Lebih lanjut, kata Mgr. Silvester San, kehadiran setiap pengelolaan jasa perhotelan di daerah ini merupakan bukti cinta Tuhan terhadap manusia melalui para pengelola dan para pengguna. “Karena itu, kehadiran hotel Sylvia juga harus menampilkan yang sama, sehingga baik para pemilik, pengelola dan pengguna hotel ini merasa saling menguntungkan yang pada gilirannya dapat meningkatkan martabat manusia dalam naungan Kasih Tuhan,” tandasnya.
Bupati Sikka, Sosimus Mitang dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih yang tidak terkira atas kerelaan keluarga Rudolf Nggai yang dengan rela hati mau menginvestasikan modalnya berupa pembangunan Hotel Sylvia di Maumere. “Ini tentunya investasi yang tidak kecil, karena itu saya atas nama pemerintah dan rakyat Kabupaten Sikka mengucapkan terimakasih kepada keluarga Rudolf Nggai dan mengapresiasikan jasa baik keluarga ini dengan meningkatkan kerja sama yang baik yang saling menguntungkan,” kata Sosi sembari melontarkan guyon bahwa Rudolf Nggai adalah usahawan muda dari Mauponggo-Nagekeo yang membuka jasa perhotelan di Maumere.
Menurutnya, kata “mau” yang artinya pantai, Maumere artinya pantai besar, sedangkan Mauponggo adalah pantai yang terpotong (oleh barisan perbukitan anak gunung Ebu Lobo), menurut Sosi ada kesamaan, sehingga dengan investasi yang telah dikeluarkan Rudolf Nggai, puteri Mauponggo tentu harus mendapat dukungan dari segenap Pemkab Sikka dan masyarakat Sikka.
Sesungguh, tandas Sosi, bukan pada kesamaan kata atau padanan daerah asal usahawan muda ini, tetapi lebih pda niatnya untuk membuka hotel yang memiliki fasilitas mewah seperti adanya lift ini harus disambut positif dan harus didukung. “Hitung saja berapa pekerja yang direkrut hotel ini, selain itu, begitu banyak transaksi bisnis yang akan terjadi dengan adanya hotel ini.
Berikut begitu banyak kegiatan yang saling menguntungkan baik di tour dan travel, pasar yang menguntungkan masyarakat Sikka,” tambahnya sembari meminta pengelola hotel untuk waspada terhadap perdagangan narkoba yang menurut Sosi lebih banyak terjadi transaksinya di hotel-hotel, apalagi hotel mewah seperti hotel Sylvia.
Direktur Hotel Sylvia Maumere, Danny Nggai, dalam sambutannya, berterima kasih dengan Pemkab Sikka baik khususnya kepada Bupati Sikka periode ini, Drs Sosimus Mitang dan dr Wera Damianus, serta kepada Bupati yang lama, Drs Aleks Longginus yang kebetulan juga hadir, kepada merekalah yang telah memberikan jaminan berupa ijinan dan berbagai bantuan sampai terbangunnya hotel ini. “Hotel ini sesungguhnya direncanakan dibangun dalam waktu dua tahun yakni tahun 2008-2010, tetapi atas desakan berbagai pihak pembangunan terkesan dipaksakan menjadi satu tahun enam bulan. Waktu dipercepat enam bulan dengan tujuan agar hotel ini untuk kegiatan Pertemuan Pastoral (Perspas) se Nusa Tenggara, Senin (20/7) besok,” ujarnya seraya memohon kepada semua pengguna hotel untuk maklum karena masih banyak kekurangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar